Siang hari yang panas seakan menambah pederitaanku hari ini. Asap hitam kendaraan umum mengepul seperti asap dari tungku perapian kuno milik orang-orang yang mungkin belum mengenal tissue WC. Para pedagang kaki lima masih saja setia menjajakkan dagangannya yang kerap disinggahi tuan lalat. Keringatku pun mulai bercucuran yang apabila dikumpulkan bisa membentuk Sungai Nil kedua di dunia.
Yah, setidaknya itu yang kupikirkan untuk menghibur diri di tengah hiruk pikuk siang ini. Menghibur? Salah! Aku bukannya menghibur diri tapi mengeluh. Entah mengapa selalu seperti ini, selalu siang hari yang seperti ini. Setiap pulang sekolah aku harus pulang ke kos menggunakan bus meski sepanas apapun cuaca hari itu.. Ehm, tak apalah, sekilas kuingat ada kejadian menarik di sekolahku hari ini.
“Ooy… Pagi Kokom!! Haha..”, sapaku pada gadis berkuncir dua yang wajahnya terlihat sangat tak berdosa ini.
Diam, gadis ini memang terlihat selalu tak pernah memperhatikan ejekanku. Sudah sejak tiga tahun memang aku selalu mengganggunya di sekolah. Entah…
“Pagi Dondon! Eh..eh Kamu udah bawa foto 4x3 dua lembarnya belom?”, tanya gadis berambut panjang yang dipanggil Ve ini. Dia selalu bertanya hal-hal yang tidak penting yang sudah pasti tak perlu dijawablah. Apalagi kalau Ve ini bertanya, pertanyaannya sering salah, hampir 99,99% kejadiannya sejak dia bertanya padaku tiga tahun lalu.
“Heemmm… 3x4, iya kan Miss Kokom?”, jawabku sambil mengangguk.
“Ve, liat tuh Mister Enstein udah berangkat!”, tunjukku pada laki-laki dengan tas ransel yang memang sangat pandai.
“Eh iya iya! Pagiiiii Mister Bimo bin Enstein.”
“Astaghfirullah.”, satu kata yang selalu ia ucap ketika Aku dan Ve kompak mengejeknya.
“Mister, Mister, lidahnya mana? Mana lidahnya kok nggak kaya di gambar?bweekk..bweekk. Hahahahaa…”, ejekku pada orang satu ini sambil menjulur-julurkan lidahku dan tak ketinggalan Ve pun mendukungku.
Memang, selalu seperti ini hari-hariku di sekolah. Mengejek, mengolok-olok, menjahili bahkan menyakiti perasaan orang sering kulakukan. Bagaimana perasaanku soal tingkahku ini? Just For Laugh! Itu yang selalu aku pikirkan. Asal mereka menoleh ke arahku dan mereka membalas ejekanku. Menurutku itu pembicaraan, pembicaraan singkat.
“Bagi para siswa kelas XII foto ukuran 3x4 yang berjumlah dua lembar harap dikumpulkan kepada BK pada jam istirahat pertama. Terima kasih.”. itu yang kudengar dari audio sound kelasku.
“Eh Karin kenapa?”, tanya teman sebangku Kokom (Karin) melihat temannya kebingungan.
“Aduh fotoku nggak ada!”, ungkap Kokom dengan nada tinggi yang mungkin mencapai delapan oktaf membuat seluruh pasang mata yang ada di kelas saat jam istirahat itu melihat ke arahnya.
“Loh dicari lagi mungkin sembunyi kali di buku.”
“Iya dicari dulu.”, sahut teman yang lain.
Huh, payah hanya karena satu pas foto hilang semua cewek di kelas jadi repot? Dasar wanita! Hehm..
“Yaudah Kamu minta orang di rumah buat anter, cepetan SMS.”
“Haduh HP-ku ketinggalan, gimana?”
“Kamu sms ke nomermu aja, Rin”.
“Iya ya, tadi kan HP-ku ketinggalan di ruang tengah, nanti pasti ada orang yang tahu.”
“Mau minta pulsa SMS siapa, Rin?”
“Oke…oke ladies.. tenang..tenang Mister Dondon kalau cuma pulsa sih kecil. Haha.”, pamerku pada para gadis di kelasku sambil menyodorkan HP-ku pada Kokom.
“Waaaaaaahhhhhh…”, mereka pun terpesona dengan aksiku.
Memang, aku akui Mister Dondon seperti aku ini banyak penggemarnya. Coba aku sebutkan, mulai dari gadis-gadis ini, adik-adik kelasku, tetanggaku, ibu kantin (lumayan makan didiskon..hehe) bahkan (Ughh sebenarnya aku tidak suka menyebutkan ini) ibu kosku sendiri!! Sebenarnya lebih cocok dipanggil nenek kos karena usianya sudah mencapai setengah abad lebih satu dasawarsa.
Akhirnya, pas foto milik semua anak kelas XII sudah dikumpulkan termasuk milik Kokom. Hal ini membuatku menyadari bahwa hanya sedikit waktuku yang tersisa di sekolah ini. Lalu? Seharusnya aku senang dan lega orangtuaku akan memberiku kendaraan pribadi setelah ini, jadi tak perlulah aku menunggu bus panas-panas. Tapi….
* * *
Akhirnya, bus yang sudah lama aku tunggu datang juga. Orang-orang berdesak-desakkan masuk ke dalamnya. Apa mereka tak sadar dengan cairan tubuh yang mereka keluarkan yang menurutku sangat cocok dibuat acar, asam asetat. Haduh… sempurna sungguh sempurna siang ini.
Entah beruntung atau apa akupun mendapat tempat duduk dekat jendela padahal tadi terlihat berjubel, aneh. Ya sudah, tak penting untuk dipikirkan yang penting aku bisa menikmati perjalanan ini. Dan ternyata tak kusadari hari menjelang sore dan matahari perlahan mulai menghangat dan bersahabat.
Saat ini hatiku ingin tersenyum. Ingin tersenyum karena hal-hal yang aku alami di sekolah hari ini. Kemudian aku merogoh saku celana seragamku dan aku mengambil selembar pas foto berukuran 3x4. Wajah gadis yang biasa aku ejek di sekolah terlihat tanpa ekspresi di foto itu. Wajah Kokom dalam foto itu terlihat tetap manis. Lalu aku buka sent box HP-ku, nomor HP Kokom pun masih tercatat di sini. Nonsense? Please think make sense only because It’s just for laugh, Kokom! Hehe…